ASAL
USUL NAMA SIULAK
Oleh : Basari Rina
Dahulu kala,
disaat pemikiran dan kebudayaan suatu daerah masih sederhana dan bersifat homogen, hidup sangatlah sederhana.
Masyarakat merasa tenteram dibawah naungan dan lindungan raja yang adil
bijaksana.
Biasanya
disuatu daerah kalau penduduknya padat atau rapat, para petua atau penghulu
kampung sudah merancang untuk mencari tempat pemukiman baru yang dapat diolah
dan dijadikan tempat bercocok tanam, seperti menanam ubi-ubian, padi yang dapat
memenuhi kebutuhan keluarga.
Demikian para
penghulu berpendapat sebelum terlambat, “Mari kita urak sila ayunkan tangan,
serta langkahkan kaki demi anak cucu dikemudian hari. Dan kita tinggalkan tempat ini”. Kata pak tua yang mengepalai rombongan.
Keesokan
harinya, sebelum matahari naik, berangkatlah utusan dengan menelusuri arah utara Batang Merao
(Sungai Kerinci). Akhirnya mereka menemukan sebuah padang yang luas ditumbuhi
oleh jambu Alo (dalam bahasa Siulak dinamakan Jambu Kreh).
Sambil mengaso
sejenak, mereka duduk memakan sirih dan menghisap rokok enau serta mengobrol.
“Tanah ini cocok untuk dijadikan lahan persawahan dan peladangan, sekaligus
tempat bermukim kita yang baru..!” kata salah seorang utusan tersebut.
“Benar..!” kata
temannya. Lalu mereka memeriksa tanah tersebut. Ternyata memang benar. Akhirnya
setelah mendapat kata sepakat, mereka kembali ke dusun, dan malamnya
mereka mengadakan musyawarah mencari kata sepakat dan menceritakan hasil temuan
mereka akan lahan baru tersebut. Dan dari hasil musyawarah, lahan baru tersebut
dinamakan Jambu Alo.
“Bagi yang
sudah berumah tangga diwajibkan pergi menebas dan menebang kayu dilahan baru,
dan bagi yang perempuan harus membawa makanan untuk makan siang” demikian titah
pak Penghulu Kampung menyampaikan hasil musyawarah. “Iyoo..!” jawab
yang hadir serempak dalam logat bahasa Siulak.
Hari berganti
hari bahkan sudah dua purnama berlalu, barulah lahan tersebut selesai ditebas
dan dibersihkan. Namun bagi kaum laki-laki terus membersihkan lahan tersebut
menjadikannya sawah dan ladang. Sementara kaum perempuan menanaminya dengan
jagung dan ubi-ubian. Disamping itu, ada pula yang mengumpulkan kayu bakar dan
kayu untuk membuat “pundok”/rumah dalam bentuk panjang.
Namun acapkali
mereka dikejutkan oleh binatang buas yang diwaktu itu masih banyak berkeliaran,
pokoknya pada waktu itu masih seram dan angker, maklum hutannya sangat lebat.
Menjelang
panen, sudah banyak warga Koto Payung yang pindah kedusun Jambu Alo. Dan
akhirnya, semuanya pindah kedusun baru tersebut. Bekas dusun Koto Payung yang
lama itu ada di mudik Desa Pendung atau dekat Batu Besar yang sekarang termasuk
wilayah Kecamatan Air Hangat.
Gambar 1. Bekas Dusun Jambu Alo Didesa Siulak Gedang/Telago Biru
Semua warga sudah
merasa gembira dan betah di desa Jambu Alo, bahkan ada juga warga dari daerah
lain yang pindah dan menetap disana. Kehidupan yang sedang ditata dengan baik
dan rapi tersebut tidak berlangsung lama
dinikmati oleh warga dusun, karena setiap purnama tiba masyarakat diresahkan oleh makhluk halus bernama “Antu
Cindai” yang menyerupai anak-anak, ia datang dan masuk kerumah memakan beras
dan makanan lalu mengelitik anak-anak, bahkan kaum ibu sudah ada juga yang
kena. Mana yang digelitik jadi tertawa dan tidak dapat berhenti. Lama-kelamaan
menjadi kejang dan meninggal seketika atau mati ketawa.
Keadaan berlaku
setiap mulai purnama dari lima belas hari bulan sampai habisnya purnama.
Begitulah kematian misterius itu berlaku. Melihat hal itu, petua adat dan para
sesepuh didusun Jambu Alo mengadakan mupakat bagaimana mengatasi keadaan yang
sedang melanda kampung mereka. Akhirnya dapatlah kata sepakat untuk memindahkan
anak kemenakan kesebuah tempat yang letaknya berdekatan kira-kira sebelah hulu
batang merao atau ulaknya sedikit dan masih juga bertepian kebatang merao, juga
namanya Pelak Gedang.
Mereka pindah
dan membuat perkampungan baru. Disini mereka sudah merasa aman dan tenteramdari
gangguan makhluk halus hantu cindai tersebut.
Sekali setahun
penduduk mengadakan selamatan tanda syukur kepada sang pencipta pada musim
panen raya para petua dari pemuka adat dan pemuka agama berbincang-bincang
tentang pembangunan disegala bidang demi kesejahteraan bersama.
Ci Ulak berasal
dari bahasa Hindu Kuno (Tamil) yang berarti Ci=Sungai, Ulak=Mudik atau Hulu,
jadi Ci Ulak = Dusun di hulu sungai.
Para pendatang menyebutnya siulak. Karena luasnya daerah atau gedang
jajahan, masyarakat menamakannya Siulak Gedang. Siulak membentang sampai kehulu
Batang Merao seperti Siulak Deras, Siulak Tenang, Siulak Panjang, Siulak Mukai,
Siulak Kecil bagian hilir. Kesemua penduduknya masih serumpun.
Yang disebut
Siulak sangat luas, tidak bergabung dengan pemerintah lain atau dari daerah
lain. Maka dinamakan Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak, yang daerahnya watas kesebelah
hilir dengan Semurup di mudik Jembatan Besi (tempat nenek Jadun), watas sebelah mudik hingga kaki gunung
tegep atau gunung kerinci. Siulak Gedang merupakan dusun tertua disiulak Tanah Sekudung.
Nama Ci Ulak
atau siulak tidak bisa hilang dari ingatan leluhur sampai anak cucu beliau.
Siulak tanah sekudunung tetap hidup dihati masyarakat Ci Ulak.
Demikianlah
nama asal-usul asli dari Siulak (Siulak Gedang) yang penulis rekam dari petua
adat Siulak Gedang lebih dan kurang penulis mohon maaf.
Siulak Gedang,
Juni 2005
Penyusun
BASARI
RINA
Siulak merupakan sebutan untuk Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak yang
bernama Kecamatan Gunung Kerinci dahulunya. Kecamatan Gunung Kerinci berada di
bawah naungan Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
Kecamatan Gunung Kerinci sekarang (2015) sudah mekar menjadi 6
(enam) Kecamatan, yaitu :
1.
Kecamatan Gunung Kerinci Kantor
Camatnya di Kelurahan Siulak Deras
2.
Kecamatan Siulak Kantor
Camatnya di Dusun Baru Siulak
3.
Kecamatan Siulak Mukai Kantor
Camatnya di Mukai Pintu.
4.
Kecamatan Kayu Aro Barat Kantor
Camatnya di Bedeng Delapan
5.
Kecamatan Kayu Aro Kantor
Camatnya di Kersik Tuo,
6. Kecamatan
Gunung Tujuh Kantor Camatnya di Pelompek
Gambar 2. Makam Gegar Bumi Alamsyah (Rajo Simpan Bumi) Asal dari Kerajaan Indrapura
Gambar 3. Wilayah Desa Telago Biru dan Siulak Gedang
Gambar 4. Peta Tempat Dusun Jambu Alo di Telago Biru/Siulak Gedang
Gambar 5. Lambang Lembaga Adat Desa telago Biru
SUSUNAN LEMBAGA ADAT DESA TELAGO BIRU
KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2014 S/D 2017
1. Kepala Desa : Apnajar
2. Sekretaris Desa : Zarmoni, Dt. Rajo Sulaiman (alam Minangkabau)
Saleh Bujang Sandang Mawei (alam Kerinci)
1. Ketua Adat : H. Djohardi, Dpt. Gelar Depati Sungai Langit Kecik
(Dari Luhah Jagung Indah)
2. Wakil Ketua : Tazar, Gelar Tumenggung Adil Bicaro
(Dari Luhah Tumenggung Kayo)
3. Sekretaris : Zarmoni (Bujang Sandang Mawei)
(Dari Luhah Tumenggung Kayo)
4. Wakil sekretaris : Jalinus Can, S.Ag (Ninik Mamak Limo Puluh Kuto/alam
Minang Kabau PWK. Siulak)
5. Bendahara : Zukri, Dpt. Gelar Depati Mangku Bumi Payung Alam
(Dari Luhah Serajo)
ANGGOTA :
1. MAT
AFINI, S.Pd Gelar Depati Semurup Sanggup Galo
2. SYAMSURUDDIN,
Dpt Gelar Rajo Simpan Bumi Tunggun Sitio Tanah Indropuro
3. M.
RUSLI
4. KASRUL
RAIS Gelar Rio Mudo
5. YUSRANUDIN
Gelar Rajo Liko
6. DARUSSAMIN
Pada Tahun 2012 : kami warga Siulak Gedang anak Buah/anak kemenakan/anak cucu/anak cicit dari Rajo Simpan Bumi /Gegar Alamsyah pernah ke Indropuro (indrapura) melayat dan mengunjungi sanak keluarga disana dan masyarakat disana menunjukkan tanah warisan dari Rajo Gegar Alamsyah untuk saudara jauh di Siulak Gedang yang hingga saat ini belum diambil.
<body oncontextmenu='return false;' onkeydown='return false;' onmousedown='return false;'/>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar